Saturday, October 30, 2010

Sudah Saatnya Mitigasi Bencana Berbasis Kearifan Lokal dan Tata Ruang

Bencana alam sedang melanda negara kita, dengan waktu bersamaan tangal 26 oktober 2010 terjadi Gempa bumi serta di lanjutkan tsunami di kepulauan mentawai bertepatan di pesisir pantai yang menewaskan hampir ratusan orang dan gunung merapi meletus yang menewaskan puluhan orang. Dari ahli geologi sudah memperkirakan bahwa daerah tersebut memang rawan bencana. Misalnya gunung merapi yang secara administrasi masuk dalam dua propinsi Yogyakarta ( kab. Sleman) dan provinsi Jawa Tengah ( Kab. Magelang, Kab. Boyolali, Kab. Klaten), BPPTK sudah melakukan mitigasi dari dini mulai dari pembuatan peta rawan bencana dan jalur evakuasi yang sudah di persiapakan sedini mungkin, desa kinaharjo merupakan daerah rawan bencana, sebelum dua hari gunung merapi meletus Badan Geologi Pusat Vulkanologi & Mitigasi Bencana dan pemerintah kabupaten sleman sudah menghimbau masyarakat untuk mengungsi kebarak pengungsian yang sudah siapkan, karena di perkirakan erupsi terjadi kearah sleman ,namun masyarakat belum mau turun dengan alasan bahwa juru kunci atau seseorang yang dianggap lebih tahu belum juga mengungsi dan selain itu ativitas berternak tidak mau mereka tingalkan. Dan yang terjadi saat gunung merapi meletus evakuasi warga dilakukan secara dadakan dan warga ahirnya mau mengungsi.hal ini perlu menjadi evaluasi pemerintah di dalam menagani mitigasi bencana. Mitigasi bencana perlu dilakukan dengan cara pendekatan kearifan lokal dan tata ruang, dimana pendekatan tersebut harus di sesuaikan dengan culture masyarakat sekitar, perlu sosialisasi secara intens walaupun gunung merapi dalam kedaan tenang, masyarakat harus tahu bahwa ruang yang mereka tempati rawan bencana.upaya mitigasi dalam penataan ruang dapat dilakukan dengan membuat peta zonasi, pngenalan ruang tersebut terhadap masyarakat,memberi pemahaman kepada masyarakat mengenai kebencanaan. Sinkronisasi kearifan lokal dengan kebijakan pemerintah perlu dilakukan mengingat gunung merapi sudah diangap kekuatan spiritual bagi masyarakat jogyakarta dan aktivitas sehari – hari mereka selalu berkaitan dengan kawasan lereng merapi seperti menambang pasir, mencari rumput ternak dan berlandang.Dan bencana tsunami di kepulauan mentawai harus menjadi evaluasi pemerintah bagaimana mentata permukiman pesisir pantai di kepulauan terluar. Pengetahuan masyarakat tentang daerah yang mereka tempati rawan bencana perlu dilakukan sehingga masyarakat dapat berpatisipasi didalam melakukan mitigasi bencana. mereka dapat mengatur ruang yang mereka tempati “living harmony with disaster” atau mereka dapat menyelaraskan dan hidup berdampingan dengan bencana. dan upaya-upaya menghindarinya dengan tetap memperhatikan kearifan lokal dari masing-masing daerah dan mendorong percepatan penyusunan peraturan terkait dengan Rencana Tata Ruang Wilayah yang mempertimbangkan aspek kebencanaan. Alat untuk memperingatkan tsunami yang sudah siapakan oleh pemerintaha harus dirawat dan dijaga dari tangan tangan jahil sehingga berfungsi dengan normal.Dukungan penyediaan infrastruktur sangat penting seperti jalur-jalur evakuasi,rumah sakit, lapangan landasan udara yang dapat menyalurkan kebutuhan logistic bagi korban bencana sehingga bantuan tidak terkesan lambat.

“LIVING HARMONY WITH DISASTER”

sumber foto : www. google.com

No comments:

Post a Comment