Monday, July 19, 2010

Sisi lain keramaian Malioboro : Ada kampung Ketandan Kampungya Orang Cina di Jogja

Dibalik sibuknya pusat perdagangan komersil Malioboro terdapat sejarah kehidupan yang mengandung nilai history yang hampir terlupakan oleh generasi muda. Kampung ketandan, banyak orang sekitar menyebutnya. kampung ketandan yang dibatasi oleh Jlan Ahmad Yani, Jalan Suryataman, Jalan Suryotomo dan Jlan Los Pasar Beringharjo merupakan pusat permukiman orang pecinan pada zaman belanda.

menurut sejarah kampung ketandan muncul ahir abad ke 19 hingga awal - 20 sebagai permukiman Tiong Hoa ( cina). Pada masa itu, pemerintah belanda sedang menerapkan aturan yang membatasi pergerakan (passentelsel) serta membatasi wilayah tinggal mereka ( wijkertelsel) dan sultan hamengkubuaono II yang memerikan izin untuk menetap ditanah yang terletak di utara pasar beringharjo dengan harapan aktivitas pasar terdorong oleh perdagangan mereka ( sumber : jogja Green Map Edisi 01 April 2006)

Arsitektur bangunan berbentuk ruko (rumah toko atau shop house) sering menjadi ciri rumah di kampung pecinan, karena orang cina rata-rata berkerja sebagai pedagang yang melibatkan rumah pribadi sebagai tempat usaha, sehingga rumah bagi mereka mempunyai dua fungsi sebagai tempat usaha dan bertempat tinggal. Untuk memenuhi kedua fungsi tersebut biasanya rumah-rumah di daerah kampung pecinan terdiri dari dua lantai atau lebih (bertingkat). Pada umumnya bagian lantai dasar digunakan sebagai toko atau tempat berdagang, sedangkan pada lantai di atasnya digunakan untuk tempat tinggal.

perubahan kampung ketandan terlihat dari perubahan fisik, ekonomi, dan sosial. bila dilihat dari perubahan fisik kampung ketandan dikarena tutuntan perkembangan zaman daerah sekitarnya yang terus terdorong oleh arus modrenisasi, bentuk bangunan dengan arsitektural modern mudah ditemukan karena tuntutan eksistensi masing-masing pemilik bangunan dan sudah rapuh bangunan lama sehingga perlu direnovasi namun yang di sayangkan tidak mengunakan konsep reservasi reservasi kawasan sejarah sehingga bentuk bangunan dan fasad bangunan tida sama dengan bangunan lama.
atap asli berbentuk gunungan namun setelah direnovasi berbentuk lancip

Dari perubahan fisik tersebut akan mencerminkan kedaan ekonomi di sepanjang jalan gang ketandan yang rara-rata bangunan dgunakan sebagai toko emasyang pemiliknya masih warga keturunan tionghoa, kebudayaan cina yang ter alkulturasi dengan kebudyaan jawa menambah keunikan tersendiri dan menambah keragaman kebudayaan di kota Yogyakarta yang memang terkenal dengan kota dengan budaya yang sangat kental.

Ciri khas rumah cina terdapat jangkar yang ditanam di diding sebagai simbol mereka:


Bangunan Tua yang masih Asli

untuk mempertahankan identitas kampung ketandan pecinan maka pemerintah jogja pada hari raya tahun baru cina atau disebut dengan implek mengadakan festival perayaan cina dengan mengadakan pertunjukan kebudayaan cina dan kita akan mudah menemukan barang-barang khas cina dari bentuk handicraft maupun makanan cina.Jika berkujung dimalioboro sempatkanlah jalan-jalan di perkampungan di belakang jalan malioboro, disana banyak sejarah-sejarah yang tersembunyi yang mengiringi perkembangan kota Yogyakarta.

No comments:

Post a Comment