
Sunday, December 5, 2010
Minimarket 24 Jam, Mematikan Pasar Tradisional

Wednesday, December 1, 2010
Banjir Lahar Dinggin Mengancurkan Beberapa Tanggul Sungai, 1 Desember 2010
Tuesday, November 30, 2010
Lahar Dingin kali Code Jogja

perlunya mitigasi bencana di sekitar bantaran sungai untuk mengurangi risiko bencana agar meminimalkan korban dan kerugian yang akan timbul. perlu diketahui menurut PP_No 35 tahun 1991 tentang sungai bahwa jarak sempadan sungai dengan permukiman harus berjarak 10 m. namun karena karakteristik permukiman di bantaran sungai kali code sebagaian besar berdiri di pinggir sungai dan jarak kurag dari 10 m maka perlu adanya penanganan tersendiri yaitu dengan melibatkan masyarakat dan stakeholder yang terkait. masyarakat harus sadar bahwa tempat tinggal yang mereka tempati rawan bencana seperti banjir dan tanah longsor sehingga masyarakat akan lebih tangap dan terbiasa dengan ancaman yang akan timbul. masyarakat akan lebih mudah membuat early warning dengan komunitas tangap bencana dengan keinginan dan cara warga masyarakat sendiri . misalnya membuat sirine penanda bencana, peta risiko bencana, sosialisasi dll.
sumber Foto : www.google.com
Sunday, October 31, 2010
Living Harmony With Disaster

sumber foto : www.google.com
Saturday, October 30, 2010
Sudah Saatnya Mitigasi Bencana Berbasis Kearifan Lokal dan Tata Ruang


“LIVING HARMONY WITH DISASTER”
sumber foto : www. google.comFriday, October 8, 2010
Menelusuri kelurahan bandarharjo kecamatan semarang utara
kondisi dalam rumah warga yang yang jarak atap dengan lantai sangat dekat
Kampung ini di huni oleh manyarakat yang masyoritasnya berpendapatan rendah dan berkerja sebagai buruh, nelayan dan lain-lain. Kampung ini tiap harinya selalu terkena rob ,sehingga pada waktu air laut pasang permukiman di sekitar kawasan badarharjo terkena banjir rob. kondisi rumah yang selalu tergenang banjir rob membuat warga berinisiatif melakukan kenaikan lantai rumah masing-masing dengan biaya sendiri dan warga yang tidak mampu melakukan rekontruksi rumahnya jika banjir rob datang terpaksa mengungsi ke rumah tetangga atau mereka tetap bertahan dengan kondisi apa adanya.mungkin agak miris karena pemerintah belum melakukan solusi yang terbaik buat warga, adapun rumah susun yang dibangun tidak mampu menampung masyarakat yang terkena banjir rob,
warga melakukan inisiatif kerja bakti untuk melakukan pembenahan kampoungnya namun hal ini terhambat oleh dana yang sangat minim. Keadaan seperti ini sangat berdampak pada kondisi sosial mereka, hampir 60% pemuda warga di sekitar kelurahan bandarharjo menjadi pengaguran, jika mereka berkerja hanya mengunakan sistem kontrak oleh perusahaan dengan waktu hanya bulanan karena perusahaan pun juga tidak mau rugi, sepercik harapan di wajah masyarakat pun terlihat ketika kami melakukan wawancara dengan meraka, yang merka inginkan adalah bantuan untuk memperbaiki rumah mereka dan banjir rob tidak masuk ke pemukiman mereka lg dan jika adapun solusi pemerintah ingin memindahkan tempat tinggal mereka jangan jauh-jauh dari permukiman mereka Karena rata-rata dari mereka berkerja di sekitar tempat tinggal mereka .
Setapak demi setapak pun kami terlusuri beberapa foto tentang sebagian kawasan bandarhorjo dan foto ini hanya sebagian mewakili masalah dan apa yang terjadi di kawasan ini dan masih banyak masalah yang terjadi di kawasan ini:
SEMARANG
Tuesday, August 10, 2010
Kota Gede Brand Kota Peraknya Jogja
Foto : Pintu Gerbang Makam Raja Mataram
Grandpalace-Bangkok KKP 2009

Memories : Pak Gunung Rajiman ditengah bersama-sama anak didiknya ^^
Friday, July 23, 2010
Nasi Kenduri yang Terpinggirkan oleh Zaman Namun Penuh Makna
setiap ada acara tahlilah atau acara tempat tetangga di desa ku yang dianggap sacral pasti mereka mengadakan kenduri atau di desaku disebut kenduren dan mengundang seluruh tetangga yang berada dalam satu desa. Kenduri biasanya diisi dengan beberapa doa-doa yang diberikan kepada seseorang agar diberi kesehatan dan keselamatan atau mendoakan bagi orang yang sudah meninggal. Biasanya nasi kenduri berisi lauk pauk seperti kerupuk , peyek dll, gudangan yang mengabarkan apabila didalam perbedaan yang dicampur jadi satu namun menghasilkan rasa yang enak, nasi gurih ditaburi kacang yang mengambarkan kenikmatan kehidupan, nasi putih, nasih yang dibentuk bulat yang kononnya menceritakan kesatuan, dan hal yang paling unik wadah dari kenduri yang terbuat dari ayaman bambu yang dibentuk seperti wadah sebagai tempat kenduri, namun hal keberadaan nasi kenduri di masyarakat pinggiran sudah hampir luntur, hanya beberapa warga saja yang masih mengunakan adat tradisional ini, mungkin karena terlalu rumit dan banyak membutuhkan tenaga untuk membuatnya.
Dari pergeseran tersebut masyarakat biasanya jika mengadakan acara mengantinya dengan roti pesanan, dan lauk pauk yang di kemas secara simple namun tidak mengandung makna. Bagaimana mempertahankan suatu adat yang di tekan oleh perkembangan zaman ??? jawaban itu menjadi tugas kita?? Atau itu sebentar lagi hanya menjadi sebuah cerita?
Monday, July 19, 2010
Sisi lain keramaian Malioboro : Ada kampung Ketandan Kampungya Orang Cina di Jogja
Dibalik sibuknya pusat perdagangan komersil Malioboro terdapat sejarah kehidupan yang mengandung nilai history yang hampir terlupakan oleh generasi muda. Kampung ketandan, banyak orang sekitar menyebutnya. kampung ketandan yang dibatasi oleh Jlan Ahmad Yani, Jalan Suryataman, Jalan Suryotomo dan Jlan Los Pasar Beringharjo merupakan pusat permukiman orang pecinan pada zaman belanda.
menurut sejarah kampung ketandan muncul ahir abad ke 19 hingga awal - 20 sebagai permukiman Tiong Hoa ( cina). Pada masa itu, pemerintah belanda sedang menerapkan aturan yang membatasi pergerakan (passentelsel) serta membatasi wilayah tinggal mereka ( wijkertelsel) dan sultan hamengkubuaono II yang memerikan izin untuk menetap ditanah yang terletak di utara pasar beringharjo dengan harapan aktivitas pasar terdorong oleh perdagangan mereka ( sumber : jogja Green Map Edisi 01 April 2006)
Arsitektur bangunan berbentuk ruko (rumah toko atau shop house) sering menjadi ciri rumah di kampung pecinan, karena orang cina rata-rata berkerja sebagai pedagang yang melibatkan rumah pribadi sebagai tempat usaha, sehingga rumah bagi mereka mempunyai dua fungsi sebagai tempat usaha dan bertempat tinggal. Untuk memenuhi kedua fungsi tersebut biasanya rumah-rumah di daerah kampung pecinan terdiri dari dua lantai atau lebih (bertingkat). Pada umumnya bagian lantai dasar digunakan sebagai toko atau tempat berdagang, sedangkan pada lantai di atasnya digunakan untuk tempat tinggal.
